Bonek Persebaya
“Sepak bola, merupakan aktivitas yang paling mampu mempersatukan umat manusia.”demikian kata Nelson Mandela.
“Mereka
(suporter) mendukung tim dengan benar , jika tim bermain buruk mereka
menghujat ke tim. Bahkan pernah, manager Persebaya terkena lemparan air
kencing tepat didepan saya. Jika mereka kecewa, mereka kecewa ke (pihak) klub sendiri. Tidak mencari pelampiasan dengan menghujat ke klub lain.”ujar budi johanis, legendary Persebaya
Sepak
bola merupakan salah satu institusi budaya besar, seperti pendidikan
dan media massa, yang membentuk dan merekatkan identitas nasional di
seluruh dunia. Sepak bola juga merupakan suatu olahraga yang mengundang
banyak kerumunan massa yang menyaksikan olahraga tersebut. Dalam keadaan
apapun sepak bola akan selalu menarik dan mempesona. Kendati muncul
perang, krisis, bencana, dan lain sebagainya. Pengaruh yang kuat dari
sepak bola menjadikannya sebagai olahraga paling populer di dunia.
Populer karena dikenal, dimainkan, ditonton, dan digemari oleh orang di
seluruh penjuru dunia.[1]
Tidak
bisa dimungkiri, bahwa sepak bola harus diakui memiliki daya tarik
permainan global. Tidak ada bentuk budaya popular lain seperti sepak
bola yang dapat menimbulkan gairah kebersamaan dalam perjalanan sejarah
olahraga di dunia. Daya tarik lintas budaya sepak bola meluas dari
budaya tertentu di Eropa, Amerika Selatan ke khalayak Australia, Afrika,
Asia bahkan Amerika Serikat.[2] Penyebaran sepak bola yang melintas
batas hingga ke belahan penjuru dunia telah memungkinkan budaya di
sebuah negara yang berbeda untuk mengkonstruksi bentuk identitas
tertentu melalui praktik dan interpretasi atas permainan.
Lain
dari hal itu, secara umum sepak bola adalah tempat di mana orang-orang
dari berbagai latar belakang etnis yang berbeda dapat bertemu, meskipun
dalam beberapa pertandingan terkadang berakhir dengan pertengkaran antar
orang-orang yang berbeda latar belakang dan berbeda dukungan terhadap
tim yang bermain. Walaupun demikian, sepak bola tetap menjadi meeting point yang
mendapat perhatian oleh masyarakat.[3] Sepak bola yang telah menjadi
kultur di berbagai negara mampu menjadi alat untuk menyedot perhatian
massa yang massif dan dapat menghadirkan suguhan olahraga yang tidak
hanya bernilai olahraga saja. Banyak nilai yang terkandung dalam sajian
sepak bola. Sepak bola tidak lagi sekedar pertandingan 2 x 45 Menit,
tetapi sepak bola telah memberi pelajaran terhadap refleksi kemanusiaan
kita. Salah satunya tentang Multikulturalisme.[4]
Dalam
perkembangan sepak bola yang semakin mendunia, hingga pada akhirnya
sepak bola itu bisa masuk ke Indonesia ketika zaman kolonial. Itu tak
lepas semakin maraknya sepak bola di Eropa sehingga secara tidak
langsung juga berpengaruh terhadap negara koloninya. Sepak bola sendiri
di kenalkan oleh bangsa kolonial Belanda kepada masyarakat Indonesia.
Kota Surabaya menorehkan catatan sejarah awal tentang dibentuknya bond
(perkumpulan) sepak bola. Perintis perkumpulan sepak bola di Surabaya
atas jasa seorang pemuda Belanda, John Edgar mendirikan bond Victoria
pada 1895. Disusul kemudian dengan bond-bond lain seperti Sparta (1896),
SIOD (Scoren Is Ons Doel – mencetak gol adalah tujuan kami), Rapiditas,
THOR (Tot Heil Onzer Ribben). Pertumbuhan perkumpulan-perkumpulan ini
merangsang pertumbuhan perkumpulan sepak bola di kalangan Tionghoa dan
Bumiputera.[5]
Semakin
menggeliatnya sepak bola di Surabaya, kemudian muncul klub baru bernama
SVB (Soerabhaiasce Voetbal Bond) oleh orang-orang Belanda. SVB memilikki
9 klub anggota. Antara lain : THOR, Exelcior, Ajax, Zeemacht, RKS, Mena
Moeria, HBS, Annasher dan Tionghoa. Tak lama berselang dari
terbentuknya klub baru itu dan semakin merasa di anak tirikan oleh
pemerintah Belanda karena tidak ada satupun pemain dari orang pribumi
berada dalam klub-klub tersebut. Maka bangkitlah semangat para
bumiputera (pribumi) untuk melakukan sebuah perlawanan terhadap
pemerintah kolonial. Di awali dengan membentuk klub-klub semacam Selo,
Maroeto, Olivio, Tjahaya Laoet, REGO, Radio, dan PS Hizboel Wathan.
Tepat pada tanggal 18 Juni 1927, dengan persamaan nasib, persamaan visi
dan misi. Akhirnya pada tahun 1927, dibawah prakarsa Paidjo dan M.
Pamoedji pada 18 Juni 1927 klub-klub pribumi membentuk SIVB
(Soerabaiasche Indische Voetbal Bond), inilah yang menjadi cikal bakal
lahirnya Persebaya.
Setelah lahirnya SIVB
yang kemudian berubah menjadi Persebaya, bukan tidak mungkin dalam
perjalanan karirnya mengarungi kompetisi tidak memilikki suporter atau
pendukung. Kembali seperti bahasan di atas, bahwasanya sepak bola itu
bisa mengundang kerumunan massa seperti halnya yang terjadi pada tim
Persebaya. Sepak bola tanpa suporter atau pendukung itu bagaikan sayur
tanpa garam. Menurut pak Suryanto dari Fakultas Psikologi Universitas
Airlngga Surabaya, (http://suryanto.blog.unair.ac.id) makna Suporter itu
beda dengan makna penonton biasa. Secara harfiah, istilah “penonton”
berasal dari awalan pe- dan kata kerja tonton dalam bahasa Indonesia.
Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang melakukan pekerjaan sesuai
dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka penonton berarti
orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan. Sementara itu
menurut akar katanya, kata “suporter “ berasal dari kata kerja (verb)
dalam bahasa Inggris to support dan akhiran (suffict) –er. To support
artinya mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku. Jadi
suporter dapat diartikan sebagai orang yang memberikan suport atau
dukungan.
Dalam hal ini, Peranan penting
suporter adalah memberikan dukungan kepada klub kebanggaannya. Baik
dukungan secara moral maupun materiil. Andai kata sebuah klub tidak
mempunyai basis suporter, mungkin klub tersebut akan sulit berprestasi.
Meskipun, klub tersebut mempunyai kelebihan dalam kapasitas klub dengan
permainan cantik, manajemen handal serta pembinaan pemain yang bagus.
Tanpa suporter sebuah klub bukanlah apa-apa. suatu prestasi klub tidak
hanya di ukur dari permainan yang cantik, manajemen, serta pembinaan
pemain yang bagus. Selain itu, ada faktor lain yang berperan penting
dalam pencapain suatu prestasi, yaitu Suporter.
Kecintaan
pada klub dalam arti positif akan menancap kuat dibenak suporternya
jika suporter klub memiliki pemahaman dan pengetahuan yang mumpuni akan
klub kebanggaannya. Fanatisme suporter inilah yang pada akhirnya
menjadikan klub kebanggaan mereka sebagai harga diri mereka. Harga diri
yang harus di jaga untuk mendukung klub kebanggaan sampai kapanpun.
Bahkan rela meninggalkan segala aktifitasnya hanya untuk mendukung klub
kebanggaan mereka. Seakan-akan klub itu sudah melebur menjadi satu serta
sudah mendarah-daging pada diri mereka. Dalam buku Bennedict Anderson,
Imagined community, sebuah bangsa, sebuah komunitas, sekecil apa pun,
sebenarnya adalah soal ”terbayangkan” (imagined) karena toh pada
dasarnya kita tidak pernah kenal, bertemu, atau tahu-menahu sebagian
besar anggota komunitas itu, terlebih kalau diluaskan sebagai bangsa.
Dalam hal ini, suatu klub bisa di ibaratkan sebagai suatu bangsa. Yang
mana di dalamnya terdapat berbagai macam golongan Suporter. Tidak peduli
dari kalangan kelas rendah, menengah ataupun atas. Mungkin juga tidak
peduli dari agama dan ras yang berbeda. Tapi para suporter itu bisa
bersatu dalam lingkup yang lebih besar yaitu klub yang di gemarinya.
Berkaitan
dengan nasionalisme, sepak bola di Indonesia tidak bisa terlepas dari
politik. Sepak bola dapat dimanfaatkan untuk tujuan politik tertentu.
Kepopuleran sepak bola bisa membuat orang menjadi fanatis. Bill Murray
mengatakan bahwa sepak bola selalu mengandung emosi dan fanatisme. Sifat
fanatisme sepak bola unik karena orang yang berada di dalamnya rela
untuk membela tim kesayangan dengan pengorbanan yang tidak kecil, baik
tenaga dan dana.[6]
Sepak bola dan politik
selain menumbuhkan fanatisme juga dapat menumbuhkan semangat
nasionalisme. Setiap pertandingan sepak bola di selenggarakan, maka
fanatisme akan tertransformasikan dalam semangat pertandingan, suporter
dan pemain. Sepak bola di Hindia Belanda mencerminkan bahwa sifat
nasionalisme berkembang melalui masing-masing bond yang ada, baik kalangan Tionghoa, Belanda, dan Bumiputera.
Ketika berbicara mengenai suporter yang berada di Indonesia, khusunya di Jawa. Seperti yang ditulis oleh Feek Colombijn dalam View from The Priphery: Football in Indonesia,
dimana ia menyebut bahwa dinamika suporter di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa. Kultur Jawa yang mengutamakan
keselarasan dalam harga diri, dimana penolakan yang amat sangat terhadap
hal yang bisa mempermalukan diri sendiri. Termasuk jika klub kebanggaan
mereka kalah. Karena pada dasarnya itulah sifat orang Indonesia.
Tingginya rasa memilikki serta sifat kedaerahannya. Nampaknya apa yang
di tulis oleh Freek Colombijn ini juga berpengaruh terhadap suporter
Persebaya. Ikatan emosional suporter Persebaya terhadap Persebaya
melambangkan bagaimana sifat asli yang tertanam pada suporter Persebaya
yang notabene berasal dari Surabaya.
Sesuai
dengan karakteristik arek-arek Suroboyo yang mewarisi nenek moyangnya.
Dengan sikap pantang menyerah, apa adanya, kebersamaan yang kuat,
heroik, keras, serta tegas. Mereka yang begitu “kerasukan” arwah Raden
wijaya untuk membangun imperium sekelas majapahit yang kekuasaanya lebih
luas dari Negara Indonesia sekarang ini. Mereka yang bersikap mandiri
dan anti penjajahan seperti sawunggaling dan Sarip tambak oso yang tak
henti membenci kompeni. Mereka yang tak henti berbagi dalam semangat
satu untuk negeri. Mereka yang menganggap kita semua sebagai saudara
tanpa memandang darimana asal kita. Mereka yang “bondo nekad” untuk
berjuang mandiri. Mereka yang selalu fanatik kepada apa yang di
cintainya. Sikap seperti itulah yang kemudian juga di aplikasikan ke
dalam bentuk dukungan terhadap Persebaya.
“Dulu dari
bawah sampai kalangan elit, semua penggemar Persebaya. Saya ingat itu
ketika kami hendak berangkat ke Makasar tahun 1963. Letnan Kolonel
Soedono, Perwira AD kala itu sampai-sampai ikut mengantarkan kami ke
bandara.” Ungkap Andjiek, Pemain Persebaya era 1960an itu.
Ada
kejadian menarik ketika terjadi pertandingan antara Persebaya melawan
Persib. Selain rivalitas antar pemain, rivalitas pun juga menjalar ke
suporter. Rivalitas Persebaya dan Persib Bandung, memang sudah terpupuk
dari dulu. Selain dikarenakan hampir seluruh pemain adalah putra daerah
yang mana memiliki loyalitas tinggi akan daerahnya, masing-masing klub
perserikatan memiliki pemain-pemain handal yang jika bertemu akan saling
menunjukkan siapa yang terhebat. Tahun 1965, Persebaya bertemu dengan
Persib Bandung dalam rangka 4 Besar. Hampir semua pemain Persib adalah
penghuni PSSI Banteng. Sedangkan saya bermain untuk PSSI Garuda. Saat
kami bertemu, penonton sangat antusias berdatangan. Tidak terkecuali
para tentara, di Tribun Timur Divisi Siliwangi member dukungan kepada
para pemain Persib. Di sisi Tribun Barat, kami didukung oleh Divisi
Brawijaya dan KKO.”[7]
Pada
tahun 1978, Persebaya berhasil menjuarai kompetisi perserikatan yang di
adakan PSSI. Ini merupakan catatan manis Persebaya yang menambah
koleksi gelarnya. Gelar demi gelar di persembahkan oleh Persebaya kepada
para pendukungnya. Apalagi dalam liga perserikatan itu Persebaya
merupakan salah satu klub yang di segani oleh klub lain. Menjelma
menjadi klub besar. Membuat Suporter Persebaya semakin mencintai dan
fanatik kepada Persebaya. Dekade 1980-an, suporter Persebaya selalu
mendukung Persebaya bertanding baik kandang maupun tandang. Meskipun
jumlah suporter yang datang pada saat pertandingan tandang hanya
sebagian kecil saja. Karena terbatasnya fasilitas yang ada. Cukup
berkumpul di sekitar terminal Joyoboyo atau perempatan-perempatan jalan
saja. Kemudian berangkat secara bersama-sama.
Dalam
artikel berjudul ‘Bonek bin Chelsea’ di Majalah World Soccer April
2010, Dahlan Iskan, mantan bos Jawa Pos, menulis fanatisme terhadap
Persebaya dibangun dengan meniru kesebelasan Chelsea. Saat itu, prestasi
Persebaya tengah terpuruk, berbanding terbalik dengan saudaranya Niac
Mitra. Menurut Dahlan, waktu itu menyaksikan pertandingan Chelsea
melawan West Ham United, ia melihat di mana-mana spanduk dan poster
bertuliskan “Save The Bridge!”. Rupanya, para suporter Chelsea sedang
berupaya menyelamatkan Stadion Stamford Bridge. “Yang juga mengesankan
saya adalah: para penonton umumnya mengenakan topi, selendang, dan kaus
biru. Di semua atribut itu ada tulisannya: The Blues. Dahlan dan Jawa
Pos meniru atribut Chelsea. Ratusan ribu topi, selendang (syal), dan
kaus dengan slogan “Kami Haus Gol Kamu” dan ‘Low Profile High Product’
terjual. “Kami tidak menarik keuntungan, karena memang tujuannya hanya
ingin menggerakkan Persebaya,” tulisnya. Dahlan pula yang kemudian
mengoordinasi puluhan ribu suporter Persebaya ke Senayan pada setiap
final perserikatan di era akhir 1980-an dan awal 1990-an. Majalah Tempo
saat itu menulis: ‘Koordinasi yang bagus itu membawa gelombang baru di
Senayan. Selain ada selendang dan topi, ada spanduk raksasa sepanjang 50
meter. Juga genderang dan terompet. Bahkan, mercon dan kembang api
segala. Jarak Surabaya-Jakarta yang memakan waktu sekitar 13 jam bukan
penghalang.’ Era away supporters dalam arti masif dan sesungguhnya
dimulai di masa ini. Suporter Persebaya menjadi Pelopor bagi suporter
Indonesia dalam hal mendukung tim ketika pertandingan away.
[1] Anung Handoko, Sepak Bola Tanpa Batas (Yogyakarta: Kanisius. 2008)
[2] Lebih lanjut lihat, Richard Giulianotti, Sepak Bola Pesona Sihir Permainan Global (Yogyakarta: Apeiron Philotes, 2006).
[3] R.N. Bayu Aji, Tionghoa Surabaya dalam Sepak Bola 1915-1942 (Yogyakarta: Ombak, 2010), hlm. xix-xx.
[4] Anung Handoko, Sepak Bola Tanpa Batas (Yogyakarta: Kanisius. 2008)
[5]R.N. Bayu Aji, Tionghoa Surabaya dalam Sepak Bola 1915-1942 (Yogyakarta: Ombak, 2010)
[6] Muhaimin Iskandar, “Fanatisme dan Nasionalisme Sepak Bola”, dalam: Muhaimin Iskandar, Spiritualitas Sepak Bola (Yogyakarta: KLIK.R, 2006), hlm. 41-43
BOLAVITA merupakan salah satu website judi yang sangat terkenal di Indonesia yang banyak pemainnya saat ini. BOLAVITA menyediakan cukup banyak permainan yang menarik yang cukup memuaskan untuk Anda yang ingin mencoba bermain
BalasHapusTidak hanya itu, BOLAVITA juga menyedikan PROMO BONUS MENARIK loh !!!
Kenapa harus memilih BOLAVITA ?
> DEPOSIT dan WITHDRAW cukup gampang dan diproses paling lama 2 menit saja.
> Pelayanan 24 jam NONSTOP
> Data pribadi merupakan privacy
Ada bonus new member lohh !!!
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623